"Rangga..." seru seorang wanita.
Rangga menoleh dan tersenyum, "Hai Sayang.." ucap Rangga.
Wanita yang bernama Lili itu tersenyum.
"Hai juga," ucap Lili lalu mengecup pipi Rangga.
Rangga dan Lili sudah menikah sejak 2 bulan lalu, dan mereka sepasang suami istri yang harmonis.
"Say, gak sarapan?" tanya Lili.
"Nanti aja deh." jawab Rangga.
"Ouw." ucap Lili.
Lalu ponsel Rangga berdering, Rangga mengangkatnya.
"Hallo."
"Hallo, Rangga?" terdengar suara wanita diseberang.
"Ada apa Ma?" tanya Rangga.
"Ngga, kamu sedang bersama Lili?" tanya Mamanya.
"Iya ma. Kenapa?"
"Mama mau ngomong sesuatu."
"Apa, ma?"
"Rangga, kamu inget sama Lani kan? Teman kamu saat kecil?"
"Iya, ma. Kenapa?"
"Mama harap kamu dapat memenuhi permintaan mama. Menikahlah dengan Lani." ucap mamanya, yang membuat Rangga terkejut.
"Apa ma?!?"
Lili menoleh ke arah Rangga dengan penasaran.
"Ada apa, sayang?" tanya Lili.
Rangga menoleh ke arah Lili dan tersenyum.
"Gapapa kok sayang." jawab Rangga.
Rangga kemudian menjauh dari Lili.
"Ma, mama bercanda kan? Mama tahu kan aku udah punya istri. Lili." ucap Rangga.
"Mama ngerti sayang. Tapi kamu bisa kan punya istri 2? Demi persahabatan mama dengan keluarga Lani. Lagipula Lani juga cantik, tidak beda jauh dengan Lili." ucap mamanya.
"Tapi ma, aku ga cinta sama Lani." ucap Rangga.
"Mama mohon Rangga." pinta mamanya.
Rangga menghela nafas, kepalanya terasa pusing.
"Aku akan pikirkan ma." ucap Rangga pasrah.
"Baiklah." jawab mamanya kemudian memutuskan sambungan.
Rangga menjadi bingung.
"Gue ga mungkin nikah sama Lani, gue ga sayang sama dia. Lagian Lili nanti gimana? Tapi gimana juga dengan mama gue?" batin Rangga.
Rangga pun kembali menghampiri Lili.
"Kok lama sayang,? Ada apa sih?" tanya Lili.
"Gapapa." jawab Rangga sambil mengulaskan senyuman terbaiknya.
"Ouw, kalau gitu sekarang kita makan yuk?" ajak Lili.
"Okey." angguk Rangga.
Mereka pun menuju ruang makan.
Skip
Malam harinya, Lili telah tertidur pulas disamping Rangga. Namun Rangga tidak bisa tidur. Dirinya masih terpikirkan oleh pernikahan dirinya dengan Lani.
"Apa gue harus nikah diam-diam? Supaya mama seneng? Tapi gimana dengan Lili?" batin Rangga, namun baginya sangat sulit mencari penyelesaian dari masalahnya.
Keesokan harinya Rangga mengunjungi mamanya.
"Hai Rangga." ucap mamanya begitu Rangga sampai dirumah mamanya.
"Hai ma." jawab Rangga sambil memberi salam pada mamanya.
"Bagaimana Rangga, keputusanmu?" tanya Mamanya.
Rangga menghela nafas.
"Ma, tolong jangan tanya hal itu. Aku ga bisa nikah lagi. Kasihan Lili." ucap Rangga.
"Mama mohon, kamu bisa memenuhi keinginan mama." pinta mamanya.
"Ma, tapi aku ga bisa." tolak Rangga.
Mamanya terus mendesak Rangga, hingga dengan sangat terpaksa, Rangga menyetujuinya.
"Baiklah." ucap Rangga akhirnya.
Mamanya tersenyum.
"Terima kasih sayang." ucap mamanya.
"Tapi mama ga usah cerita sama Lili, biar aku yang ngomong." ucap Rangga.
"Baik Rangga." ucap mamanya.
Rangga memasuki rumahnya, dan tampak Lili telah menanti di depan rumahnya.
"Udah pulang? Yuk masuk." ajak Lili.
Rangga tersenyum dan mengikuti Lili masuk ke dalam rumah.
Dengan ragu-ragu, Rangga menceritakan semuanya.
"Li, aku mau cerita. Tapi mohon kamu dengerin sampai selesai." pinta Rangga.
"Oke." jawab Lili kemudian mendengarkan perkataan Rangga.
Rangga menceritakan semua tentang pernikahannya dengan Lani.
Lili yang tak kuasa mendengar semua itu menitikan air mata.
Rangga menghentikan ucapannya, kemudian memeluk Lili.
"Kamu jangan nangis, bagaimanapun kamu hanya seorang yang aku sayang sampai kapanpun." ucap Rangga.
"Janji?" tanya Lili. Rangga mengangguk.
"Bila itu yang diinginkan mamamu, turutilah. Aku menurut saja." ucap Lili dengan berat hati.
Rangga yang mengerti perasaan Lili hanya diam dan memeluk Lili.
Selama seminggu Rangga menjalankan pendekatan dengan Lani, dan perkenalan dengan keluarganya. Disamping itu mereka juga mempersiapkan pernikahan.
Lili hanya bisa merenung dan menangis menghadapi semua itu.
Tapi dia yakin, suatu saat semuanya akan berbuah hal baik. Hanya menunggu waktu.
Rangga menjalankan semuanya dengan enggan dan berat hati. Hatinya memberontak ingin lari dari semua ini bersama Lili. Namun, tak mungkin. Dia telah berjanji pada mamanya.
"Maafkan aku Li. Aku janji hanya menyayangimu. Sungguh aku tak sanggup menerima 2 cincin di jariku." batin Rangga sehari sebelum pernikahannya.
Hari pernikahannya tiba. Suasana rumah orangtua Rangga sangat ramai.
Tampak Lili hadir dalam acara itu, matanya tampak sendu.
Hatinya hancur berada dalam pesta ini. Sungguh tak kuasa dirinya melihat Rangga akan menikah dengan orang lain.
"Li, maafkan aku." ucap Rangga lirih.
Lili berusaha tampak tegar, diulaskannya senyuman dan berkata, "Lakukan yang terbaik, Ngga."
Rangga pun langsung memeluk Lili.
"Lili, terima kasih kamu mau membagi Rangga demi tante." ucap mama Rangga.
Lili tersenyum, "Iya Ma." ucapnya.
Satu jam kemudian acara dimulai. Lili tak kuasa menahan air matanya melihat Rangga bersanding dengan Lani di hadapan penghulu.
Tiba-tiba disela-sela acara, Lani menghentikan semuanya.
"Berhenti! Jangan lanjutkan acara ini." seru Lani.
Semuanya terkejut.
"Kenapa?" tanya mama Rangga.
"Cukup tante, aku ga mau dengan pernikahan ini. Aku ga bisa terima 2 cincin di jari Rangga, dan sejujurnya aku ga cinta sama Rangga. Aku mohon batalkan pernikahan ini tante. Aku membatalkan pernikahan ini karena Lili, aku memang sejak pertama kali tak setuju." ucap Lani panjang lebar.
Semuanya memandang Lani dengan pandangan heran.
Rangga tersenyum, "Makasih Lan." ucapnya lirih. Lani tersenyum.
Kemudian prenikahan itu dibatalkan.
Karena merasa tidak enak, Lili pergi secara diam-diam dan segera menuju rumahnya.
Setelah berganti pakaian, Lili merenung di balkon rumahnya. Tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang.
Dilihatnya Rangga memeluknya.
"Li, sekarang aku ga terikat siapapun. Hanya kamu yang menjadi istriku. Selamanya. Mamaku tak memaksaku lagi." ucap Rangga sambil terus memeluk Lili. Lili menangis terharu, dibalasnya pelukan Rangga.
"Malam ini malam terindah untuk penyelesaian semua masalah. Tak akan ada 2 cincin di jari manis Rangga. I love you forever, Rangga." batin Lili.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar